Rabu, 17 Maret 2010

Night and Fog (2009): Potret Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Resensi Film)


Genre: Drama
Starring: : Simon Yam Tat Wah
Zhang Jing Chu
Jacqueline Law Wai Kuen
Amy Tan En Mei
Audrey Chan - Ariel Chan
Directed by Ann Hui
Written by Cheung King Wai
Release year: 2009
Language: Cantonese
Subtitle: English

29th Hong Kong Film Awards
• Nominated: Best Director (Ann Hui)
• Nominated: Best Actor (Simon Yam)
• Nominated: Best Actress (Zhang Jingchu)


Seperti yang saya duga sebelumnya Night ang Fog (2009) menjadi tontonan yang menarik untuk dicermati baik dari segi teknis perfilman (sinematografi dan seni peran) maupun dari segi pesan dan inti materi ceritanya yang sarat pesan yang humanis, menyentuh dan nyata.

Night and Fog merupakan potret kasus nyata yang dialami oleh mayoritas korban kekerasan dalam rumah tangga. Kemiskinan dan kurangnya kepedulian pihak terkait menjadi titik awal pembuka yang menohok saya ketika menyaksikan thriller film ini. Night and Fog kental dengan balutan cerita problematika rumah tangga, persahabatan dan kepedulian, beban psikologis dan depresi dalam latar belakang kemiskinan. Night and Fog dibuka dengan sebuah ending yang menyayat ketika ditemukan mayat pembunuhan keluarga yang ditengarai dilakukan oleh sang suami. Kemudian karena ketakutan akan bertanggungjawab sang suami akhirnya memutuskan untuk mencederai dirinya sendiri. Sayangnya, pisau yang ia gunakan terlalu dalam melukai dirinya dan hal tersebut menyebabkan kematiannya.

Gadis desa Hiu Ling (Zhang Jingchu) menikahi seorang pria Hongkong, Sum (Simon Yam), yang sebelumnya telah mempunyai anak laki-laki dewasa, akibat ia telah hamil dari Sum. Kesenjangan umur mereka sangat jauh. Hiu Ling dan keluarga sebelumnya mempercayai bahwa Sum akan mampu mensejahterakan keluarganya. Namun ternyata keliru. Adik Hiu Ling harus menerima pelecehan seksual dari Sum, sehingga membuatnya harus pergi ke Szenchen sebuah kota yang teramat jauh dari tempat tinggalnya. Hiu Ling yang hidupnya bergantung pada Sum yang ternyata hanya pengangguran dan mengandalkan tunjangan pengangguran dari pemerintah yang tidak seberapa, harus menerima pil pahit akan ketidakmandirian Sum. Hiu Ling, Sum dan dua anak perempuannya yang kembar (Audrey Chan - Ariel Chan) akhirnya pindah ke sebuah rumah susun di Tin Shui Wai sebuah kota dengan potret kesuraman yang pekat. Untuk menyokong kehidupan, Hiu Ling akhirnya bekerja part time sebagai pelayan restoran. Kecemburuan Sum timbul merasa harga dirinya terinjak akibat istrinya yang mampu hidup mandiri dan menghasilkan pendapatan dalam pekerjaan. Meski begitu uang Hiu Ling tidak cukup untuk menyokong kehidupan keluarga tersebut, dilanda frustasi akibat Sum yang tidak bekerja, Hiu Ling menjadi mengungkit-ngungkit sifat buruk Sum yang pemalas ini. Sum yang tidak bekerja akhirnya melampiaskan kekesalan tidak hanya melalui kekerasan psikologis berupa sering marah maupun mengintimidasi Hiu Ling namun juga pada anak-anak mereka. Kemarahan Sum sendiri juga berkembang menjadi kekerasan fisik

Pertengkaran mereka pun harus sering dilihat oleh anak-anak perempuannya. Salah satu anak kembarnya menjadi seorang yang lambat belajar (slow learner), tidak banyak bicara dan menjadi seorang anak yang tidak stabil perilakunya. Sedangkan kakaknya mengambil peranan sebagai kakak yang melindungi, mengambil peranan menjadi guru, dan harus menjawab semua pertanyaan yang diajukan untuk adiknya.

Tak kuat dengan perlakuan suaminya, suatu saat ia harus menginap di penampungan perempuan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, ia mengaku merasa bebas. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan petugas sosial diptuskan mereka harus tinggal terpisah. Kedua anak mereka ikut Hiu Ling tinggal bersama kakak dan adiknya di Szechen, dan suaminya harus tinggal di Hongkong sampai mereka memutuskan rujuk kembali. Padahal bukan keputusan semacam itu yang diinginkan Hiu Ling, Hiu Ling ingin berpisah dengan Sum dan bisa hidup mandiri dan mendapatkan tunjangan bantuan dari pemerintah.

Cerita Night and Fog dialirkan dengan menggunakan flashback. Film ini juga cukup cerdas digulirkan dengan melibatkan sosok orang ketiga bercerita, dalam hal ini saksi-saksi yang diinterograsi dalam kasus pembunuhan dan bunuh diri di Tin Shui Wai. Tarikan cerita juga cukup cerdas menangkap sosok Hiu Ling mulai dari masa kecil hingga kematiannya. Gambar yang dihadirkan dalam film ini juga cukup menarik, ketika saya melihat thriller nya saya melihat gambar senja terbalik. Hal ini menarik perhatian saya dan cukup unik.

Pemilihan judul “Night and Fog” juga cukup menggelitik saya, karena ketika saya melakukan penelusuran, Night and Fog juga merupakan judul sebuah film dokumenter tentang kamp konsentrasi NAZI, apakah judul tersebut diambil dari judul film tersebut. Mungkin analisis ini hanya praduga saya, saya jadi menautkan mungkin ada benarnya juga karena ketika Hiu Ling dan kedua anaknya memasuki rumah petak susunnya tersebut ia seperti hanya menunggu bom waktu frustasi yang meledak akibat kemiskinan dan kegilaan maupun juga depresi yang dimiliki oleh Sum.

Dan akhirnya, film ini saya anggap sangat proporsional menempatkan manusia tidak hanya berkisar pada kotak hitam yang terlalu hitam dan putih yang terlalu putih. Hiu Ling digambarkan juga mempunyai sisi ketidakpedulian terhadap perkembangan putri-putrinya. Dan Sum dalam cerita ini memang digambarkan lebih mempunyai kedekatan pada kedua putrinya tersebut.

Nisa Ayu Amalia
Penggemar Buku dan Film, Surabaya

3 komentar:

  1. Casino & Games - DRMCD
    Casino 이천 출장안마 & Games. The latest slot games and casino news, including new features, top 아산 출장마사지 bonus offers 공주 출장안마 and more. Sign Up 목포 출장마사지 now! Get your 부천 출장안마 casino bonus now!

    BalasHapus
  2. Filem nya saya cari di mana mana kok gak ketemu?

    BalasHapus