Jumat, 05 Maret 2010

Georgia Rule (2007)- Film


Category:Movies
Genre: Drama

Cast


"Kepribadian seseorang dibentuk atas nature dan nurture"

Tiga perempuan beda generasi, mempunyai prinsip masing-masing. Namun dari gen yang sama. Sama sama keras kepala dalam memegang prinsipnya.

Cerita diawali dari perasaan ketidakmampuan seorang ibu, Lily (Felicity Huffman) dalam mengasuh Rachel (Lindsay Lohan), mulai dari kegagalan Rachel dalam lulus ujian SMU dengan tepat waktu, sampai sikap "liar" Rachel yang tidak menuruti diucapkan oleh Lily. Akhirnya Rachel dititipkan ke Neneknya, Matriarch Georgia (Jane Fonda). Lily sangat mengeluhkan sikap Rachel yang tidak bisa diatur, pembuat masalah, dan selalu berbohong. Rachel membenci sikap Lily yang tidak peduli, pemabuk dan perokok berat. Lily mempunyai ketidaksetujuan terhadap Georgia atas gaya pengasuhan yang terlalu ketat, disiplin bahkan menjurus otoriter.

Intrik psikologis sangat apik dimainkan oleh Mark Andrus sang penulis naskah memainkan logika psikologi pencarian cinta tak bersyarat tokoh-tokohnya, kebingungan pencarian jati diri akibat ketidakkonsistenan gaya pengasuhan yang diterapkan antara Georgia dan Lily, juga pencarian akan kebohongan dan kebenaran sejati.

Kebingungan Rachel dalam mencari-cari pemenuhan kebutuhan cinta yang tanpa syarat terangkum atas kerinduannya akan figur seorang ayah. Lily pergi keluar kota meninggalkan ayah Rachel dan jatuh cinta pada seorang pengacara yang melakukan tindakan pelecehan pada Rachel pada saat rachel berumur 12 hingga 14 tahun. Trauma masa kecil ini lah yang membuat Rachel tidak nyaman akan perkembangan kepribadian dan keadaan psikologisnya. Ia mulai merasakan kebingungan dalam menentukan rasa "cinta" yang diberikan oleh orang lain, apakah itu nyata dan tak bersyarat, ataukah hanya sebuah pemanfaatan seperti yang dilakukan ayah tirinya padanya.

Sehabis menonton film ini saya jadi merenung gaya pengasuhan Mak-Pak saya, puisi saya yang judulnya "Perintah Sang Jenderal (Ver. Orangtua)" dan kata2 dosen kesayangan saya yang bunyinya kira2 seperti ini.

"Bila mau memilih, gaya pengasuhan otoriter, lebih baik daripada gaya pengasuhan permisif"

Kecemasan akibat takut salah, lebih tidak menimbulkan ketidak"berbahaya"an dibandingkan sebuah kecemasan pencarian jati diri.

Benarkah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar