Kamis, 02 September 2010

Sebuah Surat Kepada Sobat

duduklah sebentar sobat, akan kuceritakan padamu sebuah cerita negeri yang bersahabat. tak punya prasangka pada tetangga yang tengah malam mengendap-endap. diintipnya kami bersarungkan batik meliukkan tubuh di kamarnya menari pendet sembunyi-sembunyi. kami ini negeri pemalu, sobat. meski di dada kami suka dijejali tisu-tisu sumpal kebohongan kami adalah orang kaya, meski badan-badan kami sebenarnya langsing kurus kering.



ibunda kami adalah perempuan-perempuan pemberani, sobat. bekal kami gincu dan bedak diblawurkan muka-muka polos kami. keumalhayati menghimpun bala tentara melarungkan berani semerbak ganda mewangi lantak musuh seketika, takhluk. dan jangan sampai kau salah hang tuah adalah leluhur kami. dan kemudian apa yang kau harapkan atas perlakuan kami selain menggeretakkan gigi, mengepalkan tangan menahan getar di dada. setelah kau perkosa anak-anak perempuan kami yang kau panggil membantumu mengepulkan dapur masakmu, kau gebuki anak-anak lelaki kami dengan pentung dan moncong pistol mengarah ke badan, kepala, kaki, tangan semuanya. borgol-borgol menyerimpung dan tali-tali membelit ujung kaki hingga rambut. merobohkan pagar patok melanggar hak, pertunjukan dan lagu ninabobo yang kau alihnamakan.



cukup sobat, kami bukan anjing-anjing penjilatmu, kugigit tubuhmu kami mampu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar