militer sekarang sudah merupa menjadi kerajaan-kerajaan kecil, dengan permaisuri yang dilembagakan, dilengkapi dengan prajurit dan ajudan-ajudannya. prajurit dan ajudan itu tidak hanya melayani kebutuhan para raja-raja itu, namun juga para permaisuri, selir bahkan anak-cucu sang raja. fasilitas negara tak hanya dipakai oleh para raja-raja 'pengangguran' itu namun juga oleh anak-cucu sang raja.
kemudian apa yang terjadi ketika mereka ditempatkan pada pertempuran yang sesungguhnya?? mereka lebih memilih lari terbirit-brit atau menggunakan pelor dan amunisi nya kepada warga yang membiayai amunisi itu. atau menabrakkan bemper depan kendaraannya kepada sepeda-sepeda tua milik rakyat yang kebetulan melintas lebh dahulu.
tahukah mereka akan arti "mengantri"? saya rasa tidak tahu, mereka hanya mengerti bahwa mengantri adalah mereka menunggu giliran menyalakkan bedil dan senjatanya kepada garda depan tanpa tameng selain kulit dan tulang yang membungkus mereka.
merekalah yang kuberi nama pejuang, berjuang atas nama kebebasan dan hak-hak yang dicerabut oleh pekik lantang yang seharusnya melembut ketika mereka berbicara dengan sekelompok orang yang bernama
: rakyat
Rabu, 18 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar